Tuesday 4 June 2013

Jangan Mengecap Anak Anda "Nakal"

Memang mendidik dan mengatur anak tidak mudah. Sebuah kewajiban bagi kita sebagai orang tua atau pengajar/ustad mendidik anak/siswa agar menjadi yang terbaik. Dalam hal mendidik anak, pertama kali yang harus kita lakukan adalah meluruskan niat. 

Pernah terdengar di telinga kita, dimana diantara kita sebagai pendidik/ustad pernah mengeluarkan ungkapan atau kalimat “Anak saya ini nakal sekali”, kata seorang ibu. Atau ungkapan ini “Kamu itu memang anak tidak bisa diatur”, kata seorang bapak. Dua kalimat  tadi hampir sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan-ungkapan demikian seharusnya tidak perlu keluar dari mulut para orang tua. Sangat sering orang tua menyebut anaknya dengan istilah "nakal", padahal terkadang maksudnya sekadar mengingatkan anak agar tidak nakal. Namun apabila anak terus-menerus mendapatkan sebutan nakal, akan berpengaruh pada dirinya.
Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang tua dan siapapun, bahkan oleh si anak itu sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah memberikan predikat itu kepada si anak: kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan sebagainya. Akibatnya, si anak merasa divonis.

Hindari Sebutan Nakal

Jika tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak, pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores relung hatinya yang paling dalam. Hatinya luka. Ia akan berusaha melawan tuduhan itu, namun justru dengan tindak kenakalannya yang lebih lanjut.

Hendaknya orang tua menyadari bahwa mengingatkan kesalahan anak tidak identik dengan memberikan predikat “nakal” kepadanya. Nakal itu —di telinga siapa pun yang masih waras— senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu, anak menjadi nakal justru lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau lingkungannya!

Didik Dengan Cara Yang Baik

Mengingatkan kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih sayang. Bagaimanapun, mereka masih kecil. Sangat mungkin melaku­kan kesalahan karena ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah bahan evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.

Banyak kisah tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih antara punya bapak yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu mereka akan memilih tipe kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam mendidik anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil langkah.

Cara Mendidik Anak, jangan cepat memberi predikat negatif. Hal itu akan membawa dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu anak yang sulit diatur itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua biasanya tidak sabar dengan kondisi ini.
Dalam sebuah hadist Rasulullah mengigatkan kepada kita semua, beliau bersabda yang artinya : "Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan Fitrah, maka kedua orang tua yang bisa menjadikan anak itu orang yahudi, orang nasrani dan majusi". Al-Hadist. 

Pengertian hadist di atas maksudnya, kondisi atau tingkah laku anak itu tergantung pada kedua orang tua, artinya anak bisa baik jika orang tua bisa mendidik anaknya dengan cara yang baik, sebab sering terjadi akhir yang baik itu karena awal yang baik pula, sebaliknya anak bisa tidak baik ada kemungkinan karena orang tuanya tidak pernah menanamkan akhlaq yang baik kepada anaknya.
Lihat Artikel Asli di http://tomat1610.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda Agar Menjadi Lebih Baik