Demam
tifoid, tifus atau typhoid adalah penyakit infeksi yang paling sering dicxemaskan
bila saat seseor4ang menderita panas. memang setiap tifus selalu terjadi
manifestasi demam tetapi tidak semua demam harus didiagnosis tifus, justru
pneyebab paling sering demam adalah infeksi virus. Deteksi dan diagnosis tifus
relatif tidak mudah karena pada awalnya manifestasi klinis penyakit ini tidak
khas dan mirip berbagai penyakit lainnya. Apalagi pemeriksaan laboratorium yang
sering dipakai saat ini tidak sensitif atau sering mengalami bias untuk
mengenali tifus.
Demam
tifoid, atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi.Penyakit ini dapat
ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang
telah tercemar oleh tinja.
Demam
tifoid, juga dikenal sebagai demam enterik, adalah penyakit multisistemik fatal
terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Manifestasi protean demam tifoid
membuat penyakit ini menjadi tantangan diagnostik benar. Presentasi klasik
mencakup demam, malaise, sakit perut menyebar, dan sembelit. Tidak diobati,
demam tifoid adalah penyakit melelahkan yang dapat berkembang menjadi delirium,
obtundation, perdarahan usus, perforasi usus, dan kematian dalam waktu satu
bulan onset. Korban dapat dibiarkan dengan komplikasi neuropsikiatri jangka
panjang atau permanen.
S
typhi telah menjadi patogen utama manusia selama ribuan tahun, berkembang dalam
kondisi sanitasi yang buruk, kelebihan populasi, dan kekacauan sosial. Hal itu
mungkin karena bertanggung jawab atas Wabah Besar Athena pada akhir Perang
Pelopennesian. Typhi Nama S berasal dari typhos Yunani kuno, sebuah asap halus
atau awan yang diyakini menyebabkan penyakit dan kegilaan. Pada tahap lanjutan
dari demam tifoid, tingkat pasien kesadaran benar-benar mendung. Meskipun
antibiotik telah nyata mengurangi frekuensi demam tipus di negara maju, tetap
endemik di negara berkembang masih saja terjadi
Demam
tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi
A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang
disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk
infeksi salmonella yng lain. Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif
yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan
strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas,
tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara
aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent
terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º
F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat
hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat
bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering,
agfen farmakeutika an bahan tinja.
Salmonella
memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adlah komponen
lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H
adalah protein labil panas. Kuman ini dapat hidup lama di air yang kotor,
makanan tercemar, dan alas tidur yang kotor. Siapa saja dan kapan saja dapat
menderita penyakit ini. Termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena
demam tifoid. Lingkungan yang tidak bersih, yang terkontaminasi dengan
Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus.
Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan menjadi
penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus cukup menular lewat air seni
atau tinja penderita. Penularan juga dapat dilakukan binatang seperti lalat dan
kecoa yang mengangkut bakteri ini dari tempat-tempat kotor.
Patogenesis
Masa
inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik pada anak
umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara semua
gejala klinisnya. Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari penyakit ini.
Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Gejala yang muncul
antara lain demam, sering bengong atau tidur melulu, sakit kepala, mual,
muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit
buang air besar) selama beberapa hari. Peningkatan suhu bertambah setiap hari.
Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas. Demam yang dialami semakin
tinggi, lidah kotor, bibir kering, kembung, penderita terlihat acuh tidak acuh,
dan lain-lain.
S.
typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Setelah mencapai usus, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap
oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES,
terjadilah bakteriemi II. Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan
mediator-mediator. Lokal (patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan
ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler, inisiasi sistem
beku darah, depresi sumsum tulang dll. Imunulogi. Humoral lokal, di usus
diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah melekatnya salmonella pada
mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan
fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh
Salmonalla intraseluler
Banyak
orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit tifus.
Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tifus. Meski sudah dinyatakan
sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri tifus
dalam tubuhnya. Bakteri bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Sebagian bakteri penyebab tifus ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa
saja bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Bakteri ini dapat menyebar
lewat air seni atau tinja penderita.
Epidemiologi
Sejak
1900, sanitasi yang baik dan pengobatan antibiotik yang sukses telah terus
menurun kejadian demam tifoid di Amerika Serikat. Pada tahun 1920, 35.994 kasus
demam tifoid yang dilaporkan. Pada tahun 2006, ada 314. Antara tahun 1999 dan
2006, 79% kasus demam tifoid terjadi pada pasien yang telah di luar negeri
dalam 30 hari sebelumnya. Dua pertiga dari orang-orang ini baru saja berangkat
dari anak benua India. The 3 wabah dikenal demam tifoid di Amerika Serikat yang
ditelusuri ke makanan impor atau untuk penangan makanan dari daerah endemik.
Hebatnya, hanya 17% kasus yang diperoleh di dalam negeri yang dilacak ke
carrier .
Demam
tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang yang
kondisi sanitasi buruk. Demam tifoid adalah endemik di Asia, Afrika, Amerika
Latin, Karibia, dan Oceania, tetapi 80% kasus berasal dari Bangladesh, Cina,
India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, atau Vietnam. Di negara-negara
tersebut, tipus demam paling sering terjadi pada daerah tertinggal. Demam
tifoid menginfeksi sekitar 21,6 juta orang atau angka kejadian 3,6 per 1.000
penduduk dan membunuh 200.000 orang setiap tahun.
Di
Amerika Serikat, sebagian besar kasus demam tifoid terjadi pada wisatawan
internasional. Insiden tahunan rata-rata demam tifoid per juta wisatawan dari
1999-2006 oleh daerah atau wilayah keberangkatan adalah sebagai berikut:
Kanada – 0, Belahan Barat di luar Kanada / Amerika Serikat –
1,3, Afrika – 7,6, Asia – 10,5, India –
89 (122 tahun 2006) atau Jumlah (untuk semua negara kecuali Kanada / Amerika
Serikat) – 2,2
Dengan
terapi antibiotik yang cepat dan tepat, demam tifoid adalah penyakit yang
biasanya jangka pendek demam membutuhkan rata-rata 6 hari rawat inap. Diobati,
ia memiliki beberapa gejala sisa jangka panjang dan risiko 0,2% dari kematian
[17] demam tifoid yang tidak diobati adalah penyakit yang mengancam jiwa durasi
beberapa minggu ‘dengan morbiditas jangka panjang sering melibatkan
sistem saraf pusat.. Angka kematian di Amerika Serikat pada era pra-antibiotik
adalah 9% -13%. Demam tifoid tidak memiliki predileksi rasial. Lima puluh empat
persen kasus demam tifoid di Amerika Serikat dilaporkan antara 1999 dan 2006
pria yang sering mengalami. Kasus tipus yang paling banyak melibatkan anak usia
sekolah dan dewasa muda. Namun, kejadian benar di antara anak yang sangat muda
dan bayi dianggap lebih tinggi. Presentasi dalam kelompok usia mungkin
atipikal, mulai dari penyakit demam ringan sampai kejang parah, dan infeksi S
typhi mungkin tidak dikenali. Ini dapat menjelaskan laporan yang saling
bertentangan dalam literatur bahwa kelompok ini memiliki baik tingkat yang
sangat tinggi atau sangat rendah morbiditas dan mortalitas
Manifestasi
klinis
Keluhan
dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu
ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ.
Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan,
gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
Panas
lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi,
sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
Gejala
gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
Gejalah
saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
Berbagai
tanda dan gejala yang bisa timbul :
demam
tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat secara
perlahan
tubuh
menggigil
denyut
jantung lemah (bradycardia)
badan
lemah (“weakness”)
sakit
kepala
nyeri
otot myalgia
kehilangan
nafsu makan
konstipasi
sakit
perut
pada
kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (“rose
spots”)
Diagnosis
Banding
Abdominal
Abscess
Amebic
Hepatic Abscesses
Appendicitis
Brucellosis
Dengue
Fever
Influenza
Leishmaniasis
Malaria
Rickettsial
diseases
Toxoplasmosis
Tuberculosis
Tularemia
Influenza
Malaria
Bronchitis
Sepsis
Broncho
Pneumonia
I.S.K
(Infeksi Saluran kencing)
Gastroenteritis
(infeksi Saluran Cerna: muntah atau diare)
Keganasan
: – Leukemia
Tuberculosa
– Lymphoma
Diagnosis
Penegakan
diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat oleh
pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih dilakukan berbagai
penelitian yang menggunakan berbagai metode diagnostik untuk mendapatkan metode
terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita demam tifoid secara menyeluruh
Berbagai
metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari cara yang cepat, mudah
dilakukan dan murah biayanya dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Hal ini penting untuk membantu usaha penatalaksanaan penderita secara
menyeluruh yang juga meliputi penegakan diagnosis sedini mungkin dimana
pemberian terapi yang sesuai secara dini akan dapat menurunkan ketidaknyamanan
penderita, insidensi terjadinya komplikasi yang berat dan kematian serta
memungkinkan usaha kontrol penyebaran penyakit melalui identifikasi karier.
Pemeriksaan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam
empat kelompok, yaitu : pemeriksaan darah tepi; pemeriksaan bakteriologis
dengan isolasi dan biakan kuman; uji serologis; dan pemeriksaan kuman secara
molekuler.
Identifikasi
kuman melalui isolasi atau biakan Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan
bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum
tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis
penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang
pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif
tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi jumlah darah yang
diambil; perbandingan volume darah dari media empedu; dan waktu pengambilan
darah.
Identifikasi
kuman melalui uji serologis
Uji
serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan
mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun
mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji
serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa
antikoagulan.4 Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid
ini meliputi : uji Widal; tes TUBEX®; metode enzyme immunoassay (EIA), metode
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA),dan pemeriksaan dipstik.
Metode
pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam
proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan adanya variasi
yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S.
typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa,
teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang
digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan spesimen
(stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).
Uji
Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun
1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam
serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen
somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Teknik
aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau
uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan
dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih
rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan. Tes
TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan
cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk
meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen
O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D.
Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi
adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa
menit.
Walaupun
belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX® ini, beberapa penelitian
pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih baik daripada uji Widal.
Metode
Enzyme Immunoassay Dot didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik
IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM
menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap
IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah
endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan
terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan
antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M® yang
merupakan modifikasi dari metode Typhidot® telah dilakukan inaktivasi dari IgG
total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan
antigen terhadap Ig M spesifik.4
Uji
dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid bila
dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji Widal,
sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna
tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.2,8 Dikatakan bahwa Typhidot-M®
ini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk
mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.
Beberapa
keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit
demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa
sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara
luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum
tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran
lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil
selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4°C dan bila hasil didapatkan dalam
waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.
Uji
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG,
IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d
(Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai
untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah double
antibody sandwich ELISA. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan,
terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga
perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.
Uji
serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat
mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan
membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi
dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini
menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang
spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas
laboratorium yang lengkap. Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan
dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang
menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat
dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan
kultur secara luas.
Metode
lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA
(asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain
reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.
Kendala
yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi
yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak
dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat
proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan
garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang
relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih belum
memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas
dalam laboratorium penelitian.
Tes
Widal yang tidak akurat sumber kesalahan diagnosis
Di
Indonesia pemeriksaan widal sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis tifus paling sering digunakan. Meskipun ternyata pemeriksaan ini
sering menimbulkan kerancuan dan mengakibatkan kesalahan diagnosis. Dalam
penelitian penulis didapatkan infeksi virus yang sering menjadi penyebab demam
pada anak dan orang dewasa ternyata juga terjadi peningkatan hasil widal yang
tinggi pada minggu pertama.
Interpretasi
dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain
sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status
imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran
imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen;
teknik serta reagen yang digunakan.9,13
Kelemahan
uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya
melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan
penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat
dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi). Saat ini
walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih
diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan
nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencar
Bagi pria, impoten atau masalah disfungsi ereksi menjadi mimpi buruk saat bercinta. Namun wanita pun sebaiknya jangan langsung meninggalkan pasangan yang mengalami kesulitan seperti itu. Jadi coba simak tips menghadapi pria impoten di atas ranjang seperti yang dilansir dari Cosmopolitan berikut ini.
ReplyDeleteBukan salah Anda
Pada awalnya, wanita merasa bersalah ketika tahu bahwa pasangannya tidak terangsang. Padahal masalah disfungsi ereksi ini bukan sepenuhnya salah wanita. Sebab kondisi kesehatan pria yang sebenarnya menjadi penyebab impotensi.
Memahami pria
Pria yang menderita impotensi cenderung enggan bercinta dan membicarakan masalah tersebut pada pasangannya. Jadi wanita pun sebaiknya tidak menjadikannya bahan gurauan. Sebaliknya, pahami posisi pria dan jangan anggap sepele masalah ini.
Mencari penyebab
Ada banyak faktor yang bisa memicu disfungsi ereksi. Misalnya stres, kondisi fisik yang lemah, atau pengaruh obat-obatan. Cari tahu penyebab yang sebenarnya dari impotensi pria untuk mengatasinya dengan segera.
Andrologi | Mengatasi ejakulasi dini
Infeksi saluran kemih | Gangguan fungsi seksual
Klik chat | Free chat
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang di sebabkan oleh virus. Virus herpes ini menyerang saraf tepi,maka dari itu janganheran kalau rasanya sakit sekali. Selain menimbulkan sakit saat masih terdapat luka, rasa sakit juga masih akan tetap di rasakan oleh penderita walaupun luka sudah kering dan sudah sembuh.
ReplyDeletecara mengobati herpes
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat mudah sekali untuk menular, jadi hati-hati dan jaga kontak fisik dengan penderita herpes. Herpes itu sendiri juga di bedakan menjadi beberapa macam, sesuai dengan penyebabnya yaitu herpes simplek yang ditandai dengan luka seperti melepuh dan berisi air, herpes zoster merupakan jenis herpes yang terjadi karena penyakit varisella yang kambuh lagi, herpes genital yang berada di daerah alat kelamin, herpes labialis jika herpes terdapat pada bibir.
Cara Mengobati Herpes S
Herpes merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, maka dari itu antibiotik seperti amoxcilin, ampicillin tak akan mempan untuk meredakan herpes. Karena herpes merupakan penyakit yang di akibatkan oleh virus, obatnya pun yang harus untuk membunuh virus bukan antibiotik yang berguna untuk membunuh bakteri. Ada beberapa tips yang bisa anda lakukan sebagai cara mengobati herpes. Seperti apa caranya, kita lihat yuk.
Cara Mengobati Herpes
Beberapa jenis obat-obatan anti virus yang bisa digunakan untuk mengatasi herpes antara lein seperti asyclovir, valasiklovir, famsiklovir. Obat-obatan tersebut khusus untuk mengobatii segala jenis penyakit yang berasal dari virus. Jadi jangan selalu berasumsi semua penyakit bisa sembuh dengan antibiotik. Karena terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik justru akan sangat merugikan tubuh karena tubuh akan resisten dengan antibiotik tersebut.
Kulup | Kulup panjang
Ejakulasi dini | Sunat dewasa tak perlu malu
Chat | Klini chat