Tuesday, 19 March 2013

Teori Tingkah Laku


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebelum kita mempelajari tentang teori tingkah laku, akan lebih baiknya jika kita pelajari dulu tentang belajar mengajar yang sifatnya masih umum. Hal ini akan membantu pemahaman terhadap materi selanjutnya yang bersifat lebih khusus. Pada umumnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui tentang teori pembelajaran dalam sistem pembelajaran didalam kelas, hingga setiap metode pembelajaran harus disesuaikan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Dengan menguasai teori pembelajaran tersebut, kita bisa mengetahui kemampuan yang telah kita miliki dan bagaimana proses berfikirnya. Disamping itu pula kita bisa mengetahui tentang bagaimana menciptakan kegiatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
B.Rumusan Masalah
1.      Apakah teori tingkah laku ?
2.      Apa saja tipe-tipe tingkah laku ?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengruhi tingkah laku manusia ?
C.Tujuan
1.      Untuk mengetahui apakah teori tingkah laku itu
2.      Supaya bisa menyebut dan menjelaskan  tipe-tipe tingkah laku
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Teori Tingkah Laku
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Schutz dengan teori FIRO (dalam Sarwono 1998: 144) mencoba menerangkan perilaku-perilaku antarpribadi dalam hubungannya dengan orientasi (pandangan) masing-masing individu kepada individu-individu lain. FIRO (Fundamental Interpersonal Relation Orientation) adalah teori tiga dimensi tentang tingkah laku antarpribadi.
Ide pokok Schutz dalam tori FIRO adalah bahwa setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara yang tertentu (khas) dan caranya yang khas ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam hubungan antarpribadi. Secara singkat teori FIRO adalah pola hubungan antara individu pada umumnya dapat dijelaskan dalam kaitan dengan tiga kebutuhan antar pribadi, yaitu inklusi (keikutsertaan), kontrol, dan afeksi (kasih).
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
B. Teori tentang tipe-tipe tingkah laku antar pribadi adalah sebagai berikut.
1.      Tipe-tipe perilaku inklusi
v  Perilaku kurang sosial (under social behavior)
Perilaku ini timbul jika kebutuhan akan inklusi kurang terpenuhi. Kecenderungan orang bertipe ini adalah menghindar dari hubungan orang lain, tidak mau ikut dengan kelompok-kelompok, menjaga jarak antara dirinya dengan orang lain, tidak mau tahu, acuh tak acuh, bersifat introvert, dan menarik diri.
Bentuk tingkah laku yang paling sederhana adalah terlambat dalam pertemuan-pertemuan atau tidak datang sama sekali. Kecemasan yang ada dalam ketidaksadaraannya ialah bahwa ia seorang yang tidak berharga dan tidak ada orang lain yang menghargainya.
v  Perilaku terlalu sosial (oversocial behavior)
Psikodinamikanya sama dengan perilaku kurang sosial, yaitu disebabkan oleh kurangnya kebutuhan inklusi. Hal yang membedakan ialah pernyataan perilakunya yang berlawanan. Orang yang terlalu sosial cenderung memamerkan diri terlalu berlebihan (exbitionistic). Bicaranya keras, selalu menarik perhatian orang, memaksakan dirinya untuk diterima di dalam kelompok, sering menyebut namanya sendiri, suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengejutkan.
v  Perilaku sosial (social behavior)
Perilaku ini timbul pada orang yang masa kecilnya mendapatkan kebutuhan inklusi. Orang yang bertipe ini tidak mempunyai masalah dalam hubungan antarpribadi. Berada bersama orang lain atau sendirian, bisa sama-sama menyenangkan buat dia, tergantung situasi dan kondisinya. Ia bisa berpartisipasi, tetapi juga tidak; bisa melibatkan diri untuk kepentingan orang lain.
2.      Tipe-Tipe Perilaku Kontrol
v  Perilaku abdikrat (abdicrat behavior)
Orang yang berperilaku jenis ini menghindari pembuatan keputusan dalam hubungan antarpribadi karena ia merasa dirinya tidak mampu membuat keputusan dan bahwa orang lainpun mengetahui akan kelemahannya ini. Ia lebih suka dipimpin, lebih suka menjadi orang submisif.
v  Perilaku otokrat (autocrat behavior)
Orang yang berperilaku jenis ini  terdapat kecenderungan mendominasi orang lain, ingin selalu menduduki posisi atas, mau membuat semua keputusan, untuk dirinya dan orang lain. Reaksi tidak sadar terhadap perasaan tidak mampu pada tipe ini adalah mencoba untuk membuktikan bahwa ia mampu dan bisa membuat keputusan.
v  Perilaku demokrat
Perilaku ini adalah perilaku yang ideal. Orang yang berperilaku jenis ini biasanya selalu berhasil memecahkan berbagai persoalan dan tanpa ragu-ragu mengambil keputusan. Ia bisa merasa senang dalam kedudukan atasan bawahan, tergantung pada situasi dan kondisinya. Dalam ketidaksadarannya, ia merasa mampu dan kemampuannya itu tidak perlu dibuktikan kepada orang lain.

3.      Tipe-Tipe Perilaku Afeksi
v  Perilaku kurang pribadi
Orang bertipe ini cenderung menghindari hubungan pribadi yang telalu dekat, kalau ramah hanya dibuat-buat, padahal secara emosional, tetap menjaga jarak. Pengalaman-pengalaman masa kecil menyebabkan orang bertipe ini merasa bahwa dirinya adalah orang yang  tidak bisa dicintai dan secara tidak disadari dirinya tidak ingin orang lain mengetahui hal itu

v  Perilaku terlalu pribadi
Orang yang bertipe ini menginginkan hubungan emosional yang sangat erat, terlalu intim dalam berkawan dan kadang-kadang menuduh kawannya tidak setia kalau kawan itu berteman dengan orang lain. Ia merasa ada kecemasan untuk dicintai dan merasa tidak bisa dicintai.
v  Perilaku pribadi
Orang yang bertipe ini bisa bertindak tepat dan selalu merasa senang dalam hubungan emosi yang dekat maupun yang renggang. Ia tidak mempunyai kecemasan dan yakin bahwa ia adalah orang yang patut untuk dicintai.

C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkah Laku Manusia
a.       Faktor Personal
Faktor personal adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri. Faktor-faktor personal meliputi:
·         Faktor Biologis
Faktor biologis berpengaruh dalam  seluruh kegiatan manusia. Perilaku tertentu yang merupakan bawaan  manusia dan bukan berpengaruh lingkungan. Faktor biologis ini adalah insting dan motif bercumbu, memberi makan, merawat anak, dan perilaku agresif. Faktor biologis selanjutnya adalah motif biologis. Arah penting dari motif biologis adalah  kebutuhan makanan, kebutuhan seksual, kebutuhan memelihara, berlangsungnya hidup dan menghindari rasa sakit dari bahaya (Rakhmat 1986: 41-45).
·         Faktor Sosiopsikologis
Proses sosial manusia mempengaruhi pemerolehan karakter sehingga berpengaruh pula pada perilaku. Faktor sosiopsikologis digolongkan menjadi tiga komponen, yaitu: komponen afektif, kognitif, dan komponen konatif meliputi  :
Ø  Komponen afektif
Yang termasuk dalam komponen afektif adalah motif sosiogenis, sikap, dan emosi. Sedangkan motif sosiogenis itu terbagi menjadi motif ingin tahu, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, dan kebutuhan akan pemenuhan diri.

Ø  Komponen kognitif
Yang termasuk dalam komponen ini adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar  atau salah atas dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman atau intuisi (Kohler dalam Rakhmat 1986: 53). Kepercayaan menurut Salomon (dalam Rakhmat 1986: 53) dibentuk dari pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
Ø  Komponen konatif
Komponen konatif terdiri atas kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek perialaku manusia menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan merupakan hasil kelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan erat dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan (Rakhmat 1986: 53).

b.      Faktor Situasional
Faktor situasional adalah faktor yang datang dari luar individu. Menurut Samson (dalam Rakhmat 1986: 54-58) faktor ini meliputi:
·         Faktor Ekologis
Keadaan alam akan mempengaruhi daya hidup dan perilaku seseorang. Hal ini biasa dilihat dan dihubungkan dengan yang terjadi di Indonesia yaitu kemalasan bangsa Indonesia pada mata pencaharian bertani dikarenakan matahari yang selalu bersinar terik setiap hari.
·         Faktor desain arsitektur
Suatu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang hidup dalam ruangan. Selain itu, juga telah terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang terjadi di tempat itu.
·         Faktor suasana perilaku
Lingkungan merupakan beberapa satuan yang terpisah yang disebut suasana perilaku. Pada setiap suasana pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya. Misalnya di masjid orang tidak akan berteriak keras, di dalam pesta orang tidak akan melakukan upacara ibadat, dan lain-lain.

·         Faktor temporal
Waktu memberi pengaruh terhadap perilaku manusia. Pada waktu tengah malam sampai pukul 04.00 fungsi tubuh manusia berada pada tahap yang paling rendah, tetapi pendengaran sangat tajam, pukul 10.00 daya ingat mencapai puncak, pukul 15.00 mencapai puncak dalam kemampuan analisis dan kreatif (Panati dalam Rakhmat 1991: 45).
·         Faktor teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Lingkungan teknologis yang meliputi sistem energi, produksi, distribusi, membentuk serangkaian perilaku seseorang. Misalnya saja kehadiran televisi telah merubah masyarakat menjadi manusia  yang membutuhkan informasi dalam kesehariannya. Informasi menjadi mudah didapatkan dan mempengaruhi pola pikir masyarakat di dalamnya.
·         Faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan oraganisasi, karakteristik populasi adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua akan melahirkan pola-pola perilaku yang berbeda dibanding kelompok anak muda.
·         Faktor psikososial
Persepsi sejauh lingkungan memuaskan atau mengecewakan manusia, akan mempengaruhi perilaku manusia.  Iklim psikososial menunjukan persepsi orang tentang kebebasan individual, keketatan, pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban.
·         Faktor stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kendala situasi mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan rentangan  kelayakan perilaku, seperti situasi di taman.
·         Faktor budaya
Faktor budaya juga mempengaruhi perilaku seseorang. Seseorang dengan latar budaya tertentu dan karakter tertentu dalam berperilaku tertentu pula sesuai dengan latar budayanya.



BAB III
KESIMPULAN
       I.            Teori tingkah laku (Behaviorisme) merupakan teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
    II.            Tipe-tipe tingkah laku :
a)      Tipe-tipe Perilaku inklusi :
ü  Perilaku kurang sosial
ü  Perilaku terlalu sosial
ü  Perilaku sosial
b)      Tipe-tipe Perilaku kontrol :
ü  Perilaku abdikrat
ü  Perilaku otokrat
ü  Perilaku demokrat
c)      Tipe-tipe perilaku afeksi :
ü  Perilaku kurang pribadi
ü  Perilaku terlalu pribadi
ü  Perilaku pribadi
 III.            Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia
1)      Faktor personal :
ü  Faktor biologis
ü  Faktor sosiopsikologis meliputi kemampuan afektif,kognitif dan konatif.
2)      Faktor situasional :
ü  Faktor ekologis
ü  Faktor desain arsitektur
ü  Faktor suasana prilaku
ü  Faktor temporal
ü  Faktor teknologi
ü  Faktor sosial
ü  Faktor psikososial
ü  Faktor stimulus yang mendorong dan memperteguh prilaku
ü  Faktor budaya




Lihat Artikel Asli di http://tomat1610.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda Agar Menjadi Lebih Baik