BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebelum kita mempelajari tentang teori tingkah laku, akan lebih
baiknya jika kita pelajari dulu tentang belajar mengajar yang sifatnya masih
umum. Hal ini akan membantu pemahaman terhadap materi selanjutnya yang bersifat
lebih khusus. Pada umumnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu
penting bagi kita mengetahui tentang teori pembelajaran dalam sistem
pembelajaran didalam kelas, hingga setiap metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan teori-teori yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Dengan menguasai
teori pembelajaran tersebut, kita bisa mengetahui kemampuan yang telah kita
miliki dan bagaimana proses berfikirnya. Disamping itu pula kita bisa
mengetahui tentang bagaimana menciptakan kegiatan pembelajaran dan tujuan
pembelajaran.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah teori tingkah laku ?
2. Apa saja tipe-tipe tingkah laku ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengruhi tingkah laku manusia ?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah teori tingkah laku itu
2. Supaya bisa menyebut dan menjelaskan tipe-tipe tingkah laku
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Teori Tingkah Laku
Behaviorisme adalah
teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh
respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi
tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar
dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada
ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Schutz dengan teori FIRO (dalam Sarwono 1998: 144) mencoba
menerangkan perilaku-perilaku antarpribadi dalam hubungannya dengan orientasi
(pandangan) masing-masing individu kepada individu-individu lain. FIRO (Fundamental
Interpersonal Relation Orientation) adalah teori tiga dimensi tentang
tingkah laku antarpribadi.
Ide pokok Schutz dalam tori FIRO adalah bahwa setiap orang
mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara yang tertentu (khas) dan
caranya yang khas ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya
dalam hubungan antarpribadi. Secara singkat teori FIRO adalah pola hubungan
antara individu pada umumnya dapat dijelaskan dalam kaitan dengan tiga
kebutuhan antar pribadi, yaitu inklusi (keikutsertaan), kontrol, dan afeksi
(kasih).
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut
pandangan ini berpendapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
B. Teori tentang tipe-tipe tingkah laku
antar pribadi adalah sebagai berikut.
1. Tipe-tipe perilaku inklusi
v Perilaku kurang sosial (under social behavior)
Perilaku ini timbul jika kebutuhan akan
inklusi kurang terpenuhi. Kecenderungan orang bertipe ini adalah menghindar
dari hubungan orang lain, tidak mau ikut dengan kelompok-kelompok, menjaga
jarak antara dirinya dengan orang lain, tidak mau tahu, acuh tak acuh, bersifat
introvert, dan menarik diri.
Bentuk tingkah laku yang paling sederhana
adalah terlambat dalam pertemuan-pertemuan atau tidak datang sama sekali.
Kecemasan yang ada dalam ketidaksadaraannya ialah bahwa ia seorang yang tidak
berharga dan tidak ada orang lain yang menghargainya.
v Perilaku terlalu sosial (oversocial behavior)
Psikodinamikanya sama dengan perilaku
kurang sosial, yaitu disebabkan oleh kurangnya kebutuhan inklusi. Hal yang
membedakan ialah pernyataan perilakunya yang berlawanan. Orang yang terlalu
sosial cenderung memamerkan diri terlalu berlebihan (exbitionistic).
Bicaranya keras, selalu menarik perhatian orang, memaksakan dirinya untuk
diterima di dalam kelompok, sering menyebut namanya sendiri, suka mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengejutkan.
v Perilaku sosial (social behavior)
Perilaku ini timbul pada orang yang masa
kecilnya mendapatkan kebutuhan inklusi. Orang yang bertipe ini tidak mempunyai
masalah dalam hubungan antarpribadi. Berada bersama orang lain atau sendirian,
bisa sama-sama menyenangkan buat dia, tergantung situasi dan kondisinya. Ia
bisa berpartisipasi, tetapi juga tidak; bisa melibatkan diri untuk kepentingan
orang lain.
2. Tipe-Tipe Perilaku Kontrol
v Perilaku abdikrat (abdicrat behavior)
Orang yang berperilaku jenis ini
menghindari pembuatan keputusan dalam hubungan antarpribadi karena ia merasa
dirinya tidak mampu membuat keputusan dan bahwa orang lainpun mengetahui akan
kelemahannya ini. Ia lebih suka dipimpin, lebih suka menjadi orang submisif.
v Perilaku otokrat (autocrat behavior)
Orang yang berperilaku jenis ini
terdapat kecenderungan mendominasi orang lain, ingin selalu menduduki posisi
atas, mau membuat semua keputusan, untuk dirinya dan orang lain. Reaksi tidak
sadar terhadap perasaan tidak mampu pada tipe ini adalah mencoba untuk
membuktikan bahwa ia mampu dan bisa membuat keputusan.
v Perilaku demokrat
Perilaku ini adalah perilaku yang ideal.
Orang yang berperilaku jenis ini biasanya selalu berhasil memecahkan berbagai
persoalan dan tanpa ragu-ragu mengambil keputusan. Ia bisa merasa senang dalam
kedudukan atasan bawahan, tergantung pada situasi dan kondisinya. Dalam
ketidaksadarannya, ia merasa mampu dan kemampuannya itu tidak perlu dibuktikan
kepada orang lain.
3. Tipe-Tipe Perilaku Afeksi
v Perilaku kurang pribadi
Orang bertipe ini cenderung menghindari
hubungan pribadi yang telalu dekat, kalau ramah hanya dibuat-buat, padahal
secara emosional, tetap menjaga jarak. Pengalaman-pengalaman masa kecil
menyebabkan orang bertipe ini merasa bahwa dirinya adalah orang yang
tidak bisa dicintai dan secara tidak disadari dirinya tidak ingin orang lain
mengetahui hal itu
v Perilaku terlalu pribadi
Orang yang bertipe ini menginginkan
hubungan emosional yang sangat erat, terlalu intim dalam berkawan dan
kadang-kadang menuduh kawannya tidak setia kalau kawan itu berteman dengan
orang lain. Ia merasa ada kecemasan untuk dicintai dan merasa tidak bisa
dicintai.
v Perilaku pribadi
Orang yang bertipe ini bisa bertindak
tepat dan selalu merasa senang dalam hubungan emosi yang dekat maupun yang
renggang. Ia tidak mempunyai kecemasan dan yakin bahwa ia adalah orang yang
patut untuk dicintai.
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkah
Laku Manusia
a. Faktor Personal
Faktor personal adalah faktor yang berasal
dari diri individu itu sendiri. Faktor-faktor personal meliputi:
· Faktor Biologis
Faktor biologis berpengaruh dalam seluruh kegiatan manusia.
Perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan bukan berpengaruh
lingkungan. Faktor biologis ini adalah insting dan motif bercumbu, memberi makan,
merawat anak, dan perilaku agresif. Faktor biologis selanjutnya adalah motif
biologis. Arah penting dari motif biologis adalah kebutuhan makanan,
kebutuhan seksual, kebutuhan memelihara, berlangsungnya hidup dan menghindari
rasa sakit dari bahaya (Rakhmat 1986: 41-45).
· Faktor Sosiopsikologis
Proses sosial manusia mempengaruhi pemerolehan karakter sehingga
berpengaruh pula pada perilaku. Faktor sosiopsikologis digolongkan menjadi tiga
komponen, yaitu: komponen afektif, kognitif, dan komponen konatif meliputi :
Ø Komponen afektif
Yang termasuk dalam komponen afektif adalah motif sosiogenis,
sikap, dan emosi. Sedangkan motif sosiogenis itu terbagi menjadi motif ingin
tahu, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untuk
mencari identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, dan
kebutuhan akan pemenuhan diri.
Ø Komponen kognitif
Yang termasuk dalam komponen ini adalah kepercayaan. Kepercayaan
adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti,
sugesti, otoritas, pengalaman atau intuisi (Kohler dalam Rakhmat 1986: 53).
Kepercayaan menurut Salomon (dalam Rakhmat 1986: 53) dibentuk dari pengetahuan,
kebutuhan, dan kepentingan.
Ø Komponen konatif
Komponen konatif terdiri atas kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan
adalah aspek perialaku manusia menetap, berlangsung secara otomatis tidak
direncanakan. Kebiasaan merupakan hasil kelaziman yang berlangsung pada waktu
yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali-kali. Sedangkan
kemauan erat dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan sebagai tindakan
yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan (Rakhmat 1986: 53).
b. Faktor Situasional
Faktor situasional adalah faktor yang
datang dari luar individu. Menurut Samson (dalam Rakhmat 1986: 54-58) faktor
ini meliputi:
· Faktor Ekologis
Keadaan alam akan mempengaruhi daya hidup dan perilaku seseorang.
Hal ini biasa dilihat dan dihubungkan dengan yang terjadi di Indonesia yaitu
kemalasan bangsa Indonesia pada mata pencaharian bertani dikarenakan
matahari yang selalu bersinar terik setiap hari.
· Faktor desain arsitektur
Suatu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di
antara orang-orang hidup dalam ruangan. Selain itu, juga telah terbukti
mempengaruhi pola-pola perilaku yang terjadi di tempat itu.
· Faktor suasana perilaku
Lingkungan merupakan beberapa satuan yang terpisah yang disebut
suasana perilaku. Pada setiap suasana pola-pola hubungan yang mengatur perilaku
orang-orang di dalamnya. Misalnya di masjid orang tidak akan berteriak keras,
di dalam pesta orang tidak akan melakukan upacara ibadat, dan lain-lain.
· Faktor temporal
Waktu memberi pengaruh terhadap perilaku manusia. Pada waktu
tengah malam sampai pukul 04.00 fungsi tubuh manusia berada pada tahap yang
paling rendah, tetapi pendengaran sangat tajam, pukul 10.00 daya ingat mencapai
puncak, pukul 15.00 mencapai puncak dalam kemampuan analisis dan kreatif
(Panati dalam Rakhmat 1991: 45).
· Faktor teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku
sosial. Lingkungan teknologis yang meliputi sistem energi, produksi,
distribusi, membentuk serangkaian perilaku seseorang. Misalnya saja kehadiran
televisi telah merubah masyarakat menjadi manusia yang membutuhkan
informasi dalam kesehariannya. Informasi menjadi mudah didapatkan dan mempengaruhi
pola pikir masyarakat di dalamnya.
· Faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur
kelompok dan oraganisasi, karakteristik populasi adalah faktor-faktor sosial
yang menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan
ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Karakteristik
populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi
pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua akan melahirkan
pola-pola perilaku yang berbeda dibanding kelompok anak muda.
· Faktor psikososial
Persepsi sejauh lingkungan memuaskan atau mengecewakan manusia,
akan mempengaruhi perilaku manusia. Iklim psikososial menunjukan persepsi
orang tentang kebebasan individual, keketatan, pengawasan, kemungkinan
kemajuan, dan tingkat keakraban.
· Faktor stimulus yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kendala situasi mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku
tertentu. Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan perilaku,
seperti situasi di taman.
· Faktor budaya
Faktor budaya juga mempengaruhi perilaku seseorang. Seseorang
dengan latar budaya tertentu dan karakter tertentu dalam berperilaku tertentu
pula sesuai dengan latar budayanya.
BAB III
KESIMPULAN
I. Teori tingkah laku (Behaviorisme) merupakan teori perkembangan perilaku, yang
dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
II. Tipe-tipe tingkah laku :
a) Tipe-tipe Perilaku inklusi :
ü Perilaku kurang sosial
ü Perilaku terlalu sosial
ü Perilaku sosial
b) Tipe-tipe Perilaku kontrol :
ü Perilaku abdikrat
ü Perilaku otokrat
ü Perilaku demokrat
c) Tipe-tipe perilaku afeksi :
ü Perilaku kurang pribadi
ü Perilaku terlalu pribadi
ü Perilaku pribadi
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia
1) Faktor personal :
ü Faktor biologis
ü Faktor sosiopsikologis meliputi kemampuan afektif,kognitif dan
konatif.
2) Faktor situasional :
ü Faktor ekologis
ü Faktor desain arsitektur
ü Faktor suasana prilaku
ü Faktor temporal
ü Faktor teknologi
ü Faktor sosial
ü Faktor psikososial
ü Faktor stimulus yang mendorong dan memperteguh prilaku
ü Faktor budaya
No comments:
Post a Comment
Berikan Komentar Anda Agar Menjadi Lebih Baik