Manusia perlu
makan, makanan itu dapat terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Glukosa
adalah unit satuan karbohidrat yang terkecil. Dalam tubuh manusia, glukosa
dipergunakan untuk membentuk energi. Jika berlebih maka tugas insulin, suatu
enzim dalam tubuh manusia, untuk menyimpan kelebihan gula dalam darah ke bentuk
cadangan di hati, otot dan organ lainnya. Jika proses ini berlangsung seimbang,
maka kelebihan glukosa dalam tubuh manusia tidak akan menimbulkan penyakit.
Tapi jika kadar insulin rendah, atau insulin tidak diproduksi maka ini dapat
menyebabkan kadar glukosa menumpuk dalam darah atau yang lebih dikenal dengan
sakit gula.
Sakit gula, atau
yang dalam istilah medis dikenal dengan diabetes melitus, bisa dialami siapa
saja, baik yang kurus atau yang gemuk, baik yang muda atau yang tua, baik
wanita atau pria. Diabetes melitus (yang selanjutnya disingkat DM), seperti
halnya penyakit lain, juga menimbulkan gejala. Gejala tersebut ada yang khas,
atau disebut juga gejala klasik, dan gejala yang tidak khas.
Gejala klasik
dari DM antara lain berat badan menurun, banyak buang air kecil (poliuria),
banyak minum (polidipsi) dan banyak makan (polifagi). Gejala tidak khas dapat
berupa kesemutan, gangguan penglihatan, gatal, gangguan ereksi atau keputihan.
Disamping itu,
didapatkan juga beberapa faktor yang berpotensi mengakibatkan seseorang
menderita DM. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan faktor risiko DM,
diantaranya:
1. usia > 45
tahun
2. kegemukan
3. hipertensi
4. riwayat
keluarga DM
5. riwayat
melahirkan bayi dengan BB > 4kg
6. riwayat DM
pada saat kehamilan
7. penderita PJK
(penyakit jantung koroner), TBC, hipertiroidisme
8. kadar lipid
yang tinggi
Berdasarkan
patofisiologinya DM terbagi menjadi 2 tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM
tipe 1 diakibatkan kerusakan dari sel-sel penghasil insulin sedang DM tipe 2
dikarenakan resistensi insulin ataupun berkurangnya sekresi insulin. Selain dua
kelompok besar DM tadi, dikenal juga DM tipe lain (yaitu akibat obat, akibat
infeksi, akibat imunologi dll) serta DM pada saat kehamilan.
Jika seseorang
memiliki gejala diatas, atau memiliki faktor risiko DM, disarankan untuk
memeriksa kadar gula darahnya. Kadar gula darah puasa yang normal adalah
<110 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu yang normal adalah <200 mg/dl.
Jika pada saat pemeriksaan didapatkan kadar gula darah puasa ?110 mg/dl atau
kadar gula darah sewaktu ?200 mg/dl, dapat dilakukan pemeriksaan ulang untuk
kemudian ditegakkan diagnosis pada orang tersebut.
***
Bagaimana
menegakkan diagnosis DM?
Jika seseorang
memiliki gejala klasik DM maka gula darah sewaktu >200 mg/dl atau gula darah
puasa >126 mg/dl sekali saja cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Jika keluhan
tidak khas, perlu 2 kali pemeriksaan gula darah yang menunjukkan gula darah
sewaktu >200 mg/dl atau gula darah puasa >126 mg/dl.
Lalu apa yang
bisa dilakukan jika telah terdiagnosa DM?
Yang harus
dilakukan adalah kelola kadar gula darah yang berlebih dalam tubuh kita
Mengapa
pengelolaan kadar gula darah harus dilakukan?
Hal ini
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin timbul, baik itu komplikasi
akut ataupun komplikasi menahun.
Komplikasi akut
antara lain :
Hipoglikemi
Gejala
hipoglikemia:
* Lapar, mual,
tekanan darah turun
* Lemah, lesu,
sulit bicara
* Keringat
dingin
* Tidak sadar
dengan atau tanpa kejang
Komplikasi akut
lainnya adalah terjadinya penurunan kesadaran yang tiba-tiba (pingsan) atau
yang dalam istilah medis dikenal dengan keadaan koma diabetikum.
Sedangkan
komplikasi menahun dapat mengenai mata (retinopati diabetikum), ginjal (gagal
ginjal), persarafan (neuropati), pencernaan (diare, konstipasi), saluran kemih
(disfungsi seksual), jantung(gagal jantung) dan ekstrimitas (ulkus)
Kapan
pengelolaan kadar gula darah harus dilakukan?
Sedini mungkin,
setelah terdiagnosa sebagai penderita DM
Bagaimana
pengelolaan kadar gula darah yang baik?
Hal ini dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
makan
Makan dianjurkan
seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak
20-25%.
Prinsip
perencanaan makanan
* Tidak ada
makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan (tidak berlebih).
* Menu sama
dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.
* Serta teratur
dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)
Prinsip
pembagian porsi makanan sehari-hari
* Disesuaikan
dengan kebiasaan makan dan diusahakan porsi tersebar sepanjang hari.
* Disarankan
porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil):
1. makan pagi
–makan selingan pagi
2. makan siang
–makan selingan siang
3. makan
malam-makan selingan malam
(hal ini untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja
panjang)
2. Latihan
jasmani
Manfaat latihan
jasmani:
* Menurunkan
kadar gula darah (dengan mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sensivitas
insulin)
* Menurunkan
berat badan
* Mencegah
kegemukan
* Mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi
Olaharaga yang
bisa dilakukan diantaranya jogging, berlari, renang, bersepeda. Latihan yang
dilakukan sebaiknya dilakukan berkesinambungan, dipilih yang berirama yaitu
otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, dilakukan selang seling
antara gerak cepat dan gerak lambat, misal: jogging diselingi jalan, jalan
cepat diselingi jalan lambat
Dan latihan
dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang
hingga mencapai 30-60 menit. Latihan hendakanya dilakukan 3x dalam seminggu
Yang perlu
diperhatikan sebelum memulai latihan:
* Kenakan sepatu
yang sesuai
* Beri asupan
makanan dan cairan yang cukup
* Lakukan
peregangan dan pemanasan saat memulai dan mengakhiri selama 5-10 menit
* Hindari
berlatih pada suhu terlalu panas/dingin
* Jangan
teruskan bila ada gejala hipoglikemia
Strategi
menghindari hipoglikemia:
* Periksa
glukosa darah sebelum dan sesudah latihan dalam kurn waktu 30 menit untuk
Mengetahu gula darah stabil atau tidak
* Latihan
sebaiknya dilakukan 1-3 jam setelah makan
3. Menggunakan
obat penurun gula darah
Berbagai jenis
obat dengan berbagai efek kini dapat kita temui di kalangan masyarakat. Pemakaiannya
bertahap mulai dari obat yang diminum hingga penggunaan insulin. Penggunaan
insulin biasanya dilakukan oleh penderita DM tipe 1, dimana insulin sama sekali
tidak dihasilkan tubuh. Sedangkan pada penderita DM tipe 2, dimana defek
terletak pada fungsi insulin bukan pada jumlah insulin, penggunaan insulin
biasanya dilakukan setelah efek yang diinginkan tidak dapat dicapai hanya
dengan menggunakan obat yang diminum.
No comments:
Post a Comment
Berikan Komentar Anda Agar Menjadi Lebih Baik